Perkembangan media sosial telah membawa banyak orang ke dalam sorotan, memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri mereka secara online. Salah satu platform yang sangat populer dalam konteks ini adalah Instagram. Instagram adalah wadah virtual yang digunakan oleh beragam kalangan masyarakat untuk berbagi momen dalam hidup mereka, mulai dari perjalanan, pertemuan dengan teman-teman, hingga makan malam bersama keluarga. Instagram memungkinkan pengguna untuk membagikan segmen kehidupan mereka, meskipun tidak selalu mencerminkan realitas sejati.
Dengan kata lain, Instagram telah menjadi alat untuk memotret setiap aspek kehidupan seseorang demi meningkatkan status sosial dan mendapat pengakuan. Aktivitas ini telah menjadi kebiasaan modern yang diadopsi oleh banyak orang, mengacu pada konsep "habitus" oleh Bourdieu, yang menggambarkan perilaku yang dilakukan dan tidak tertulis, seperti norma tentang baik dan buruk, serta tentang kecantikan dan ketidaksempurnaan.
Pada dasarnya, manusia ingin diakui dan dihormati oleh masyarakat dalam hal status sosial mereka. Untuk mencapai tujuan ini, seseorang harus memiliki kebiasaan yang mendukungnya, seperti berbagi berbagai aspek kehidupan mereka di Instagram. Melalui platform ini, kita dapat melihat beragam status sosial, baik dari kalangan atas, menengah, maupun bawah, walaupun ini tidak selalu mencerminkan realitas yang sebenarnya. Status sosial, seperti yang didefinisikan oleh Ralph Linton, adalah serangkaian hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakat mereka. Status ini memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan berbagai individu dalam masyarakat.
Namun, seringkali apa yang dipamerkan di Instagram, seperti kemewahan, kesuksesan, atau kecantikan, tidak sesuai dengan realitas. Instagram menjadi perisai kepalsuan yang digunakan untuk meningkatkan citra dan status sosial seseorang. Ini mencerminkan teori dramaturgi oleh Erving Goffman, yang membandingkan kehidupan nyata dengan pertunjukan yang dimainkan oleh manusia. Dalam teori ini, manusia adalah aktor yang mencoba menggabungkan karakteristik pribadi dan tujuan mereka dalam pertunjukan yang mereka sajikan kepada orang lain.
Pengguna Instagram sering kali menampilkan kehidupan yang indah, citra diri yang menarik, dan gaya hidup mewah, meskipun ini tidak selalu mencerminkan realitas sebenarnya. Instagram digunakan sebagai platform untuk meningkatkan status sosial individu dengan mempertontonkan fragmen kehidupan yang terlihat dari luar, tanpa memperlihatkan sisi sejati dari kehidupan mereka.
Dalam era yang ditandai oleh kemajuan teknologi dan perkembangan media sosial, Instagram tetap menjadi salah satu platform yang populer. Meskipun memiliki berbagai fitur untuk berbagi aktivitas kehidupan, Instagram juga memungkinkan adanya kehidupan yang palsu. Ini menciptakan paradoks, di mana manusia berlomba-lomba untuk mempertontonkan kepalsuan dalam kehidupan mereka.
Instagram, pada satu sisi, adalah alat yang memudahkan manusia untuk berbagi informasi, termasuk tentang aktivitas kehidupan mereka. Namun, sebagai generasi yang melek teknologi, kita harus menggunakan platform ini dengan bijak, jujur, dan sesuai dengan realitas yang ada.
0 Comments